Segala puji bagi Allah atas
berbagai macam nikmat yang Allah berikan. Shalawat dan salam atas suri tauladan
kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarganya dan para
pengikutnya.
Semua
pasti telah mengetahui keutamaan malam Lailatul Qadar. Namun, kapan malam
tersebut datang? Lalu adakah tanda-tanda dari malam tersebut? Semoga kita
dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkan malam yang keutamaannya lebih baik dari
1000 bulan.
Keutamaan Lailatul Qadar
Saudaraku,
pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat malam
Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam
lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan
malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا
كُنَّا
مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ
أَمْرٍ
حَكِيمٍ (4)
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad
Dukhan [44] : 3-4). Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul
qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar
[97] : 1)
Keberkahan
dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ
مِنْ
أَلْفِ
شَهْرٍ
(3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ
كُلِّ
أَمْرٍ
(4) سَلَامٌ هِيَ
حَتَّى
مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul
Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ
“Carilah
lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya
lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada
malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى
الْوِتْرِ مِنَ
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ
“Carilah
lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan
Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya
lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan
sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ - يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ - فَإِنْ
ضَعُفَ
أَحَدُكُمْ أَوْ
عَجَزَ
فَلاَ
يُغْلَبَنَّ عَلَى
السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka
janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan
yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh
sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun
pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada
malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari
tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh
tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua
puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini
dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْتَمِسُوهَا فِى
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى
تَاسِعَةٍ تَبْقَى ،
فِى
سَابِعَةٍ تَبْقَى ،
فِى
خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan,
tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Catatan
: Hikmah Allah menyembunyikan
pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar
terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut
dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan
sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai
rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan
demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh
pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang
penuh keberkahan ini. Amin Ya Sami’ad Da’awat.
Tanda Malam Lailatul Qadar
[1]
Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا
حَارَةً وَلَا
بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul
qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak
begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak
kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan
periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
[2]
Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut
dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari
yang lain.
[3]
Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada
sebagian sahabat.
[4]
Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar.
Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit
tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR.
Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Semoga
Allah memudahkan kita untuk meraih malam tersebut. Amin Yaa Mujibas Saailin.